Hidup terus menolak kita. Sekalipun kita jatuh tersembam. Dia tetap menarik kita dan menolak lagi. Hingga kita terus matang didalam perjalanan ini meskipun terkadang ditolaknya kita menuju lara dunia.
Kita tidak perlu keluhan dan umpatan dalam hidup yang demikian kerana disitulah terbinanya kekuatan sehingga dalam diri kita terdiri sebuah kesatuan yang utuh meskipun kita tidak menemukan impian impian dunia yang pernah kita khayalkan!
Dengan lara itu juga sebenarnya bunga memperolehi keharuman yang semerbak dan membawa langkah kita kembali menuju kesebuah kedamaian dan kesucian!
Itulah jawaban aku bila sering ditanya tentang kehidupan ini.
Ditanya tentang tribulasi dijalan dakwah ini.
Ditanya tentang hidup yang ku lalui ini.
Jawab ku semuanya biasa saja.
Aku tidak apa-apa.
Dah biasa sangat dengan hal hal yang menyakitkan dan yang tidak menyamankan jiwa.
Besok pastinya aku melupakan segalanya dan kamu tentu akan melihat kembali senyum ku bak mawar yang merekah, meredah medan dakwah yang menjadi hiburan disepanjang aku mengenalinya.
Aku bukan tak punya rasa!
Kiranya aku boleh merubah rasa dijiwa ini. Akan ku atur ia mengikut kemahuan aku adanya.
Akan ku salut rasa ini bertemu cintanya.
Aku tidak pernah menyembunyikan buncahan rasa ini malah aku jaja ia, tapi akhirnya rasa itu menjadi bahan buangan yang tiada nilainya.
Engkau tahu? Aku tidak pernah memulakan tapi kamulah yang memulakan.
Kamulah pencetusnya.
Bertanya tentang aku sehingga aku membazirkan sebahagian masa dakwahku untuk memikirkan tentang kamu.
Memang aku merancang yang terbaik buat kamu.
Telah aku sediakan segalanya sehingga dipenghujungnya kamu selerakkan segalanya yang telah aku susun aturkan untuk kamu.
Kamu jadikan aku. Kamu jadikan jamaah. Kamu jadikan dakwah. Kamu jadikan takdir. Kamu jadikan Tuhan untuk menutupi khianat kamu itu!
Tidakkah kamu terfikir diakhirat nanti kita tidak dapat menyembunyikan walau sebesar zarah pun kesalahan kita?
Tidak kah kamu terfikir masa yang panjang yang kita bazirkan ini akan dihisab di Yaumul mahsyar nanti?
Tidakkah kamu terfikir yang kamu akan bertemu aku disana dengan membawa seribu janji yang berat itu?
Kenapa kamu jual janji itu dengan sedikit kebahagiaan yang belum tentu bahgia?
Tidakkah kamu takut akan ku minta dari kamu pahala pahala yang kamu jana didunia ini sebagai mahar terhadap janji itu?
Tapi sungguh, aku percaya dengan alasan kamu dan aku menerimanya meskipun takdir itu bukan milik aku.
Wajar bagi aku sebagai da’i ini yakin akan segala peristiwa peristiwa yang memutar hidup ini!
Justeru aku tidak lupa juga bahwa ada Sang Penentu Segalanya.
Ketika kehendakNya meruntuhkan semua impian, meski kita bangun di atas namaNya.
Inilah barangkali peringatan, agar tidak terlalu yakin dengan perkiraan sendiri.
Semoga saja, mampu menyentak kesadaran kita, bahwa DIA yang Maha Pencemburu, tak selayaknya diduakan dan dinomorduakan. Barangkali, inilah yang terjadi selama ini, bahwa seolah-olah kita mengutamakanNya, tapi sejatinya kita sedang “membajak” namaNya.
Semoga Allah SWT mengampuni khilaf ini, mengampuni rasa sakit ini, mengampuni asa ini, mengampuni ketidakmampuan mengurai hikmah, hingga pernah tercetus tanya, ” Kenapa ini terjadi pada aku?”
Astaghfirullahal’adzim… Ampunkan aku ya Allah.
Betapa kerdilnya aku menghadapi peliknya manusia dakwah itu.
Peliknya kehidupan ini …
Namun aku bersyukur diketika hidup mengajar aku, aku tidak menjadi seperti dia, boleh bersanding gembira diatas dosa dosa yang diciptanya sendiri! Allah hu Akbar.
muharrikdaie – menulis untuk mengingatkan diri
Sudilah komen